YOKI (MENYELAM)

YOKI (MENYELAM)
KEP. SERIBU DKI JAKARTA

Selasa, 28 September 2010

Rehabilitasi

I.                   PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang potensial batas peralihan antara daratan dan lautan. Sumberdaya ini sangat besar yang didukung dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (Dahuri et al, 2001). Garis pantai yang panjang menyimpan potensi kekayaan sumberdaya yang besar. Potensi ini antara lain potensi hayati (terumbu karang) dan non hayati (pertambangan). Salah satu daerah yang mempunyai garis pantai dan pesisir yang cukup luas adalah Propinsi Bengkulu.
Propinsi Bengkulu memiliki luas wilayah administrasinya mencapai lebih kurang 1.978.870 hektar atau 19.788,7 kilometer persegi. Propinsi Bengkulu terletak diantara 2o16' - 3o31' Lintang Selatan dan 101o01' - 103o41' Bujur Timur, terletak di Pantai Barat Pulau Sumatera, Propinsi ini dilintasi oleh pegunungan Bukit Barisan yang membujur dari Utara hingga bagian Selatan Pulau Sumatera. Propinsi Bengkulu dengan ibukotanya Bengkulu, berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, dengan garis pantai sepanjang ± 433 Km. Daerah dengan ketinggian 100 m di atas permukaan laut, terdapat disepanjang pantai dengan klasifikasi low land dengan luas mencapai 708.435 ha (35,80%).
Potensi hayati yakni terumbu karang banyak terdapat di daerah Bengkulu seperti  potensi terumbu karang di Kabupaten Kaur masih tersisa seluas 920 hektare (Ha), begitu juga di Kabupaten Seluma dan Manna. Sekitar perairan Pulau Tikus dan Pulau Tanjung Raya juga tercatat seluas 777 Ha, Kabupaten Mukomuko mencapai 234 Ha dan Kota Bengkulu seluas 605 Ha. Bahkan potensi terumbu karang yang paling bagus ditemukan di sekitar Kabupaten Bengkulu Utara, mencapai delapan hektare serta kepulauan Enggano 230 hektar.
Terumbu karang (coral reefs) adalah ekosistem didasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan algae berkapur. Ekosistem terumbu karang mempunyai manfaat yang bermacam-macam, yakni sebagai tempat hidup bagi berbagai biota laut tropis lainnya sehingga terumbu karang memiliki keragaman jenis biota yang sangat tinggi dan sangat produktif, dengan bentuk dan warnanya beraneka ragam, sehingga dapat dijadikan sumber bahan makanan dan daerah tujuan wisata, selain itu juga dari segi ekologi terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak.
Keberadaan terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan baik yang bersifat fisik maupun kimia. Pengaruh itu dapat mengubah komunitas karang dan menghambat perkembangan terumbu karang secara keseluruhan. Kerusakan terumbu karang pada dasarnya dapat disebabkan oleh faktor fisik, biologi dan karena aktivitas manusia. 
1.2.      Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana konservasi dan rehabilitasi terumbu karang yang telah dilakukan serta mengidentifikasi permasalahan penyebab kerusakan terumbu karang  didaerah Bengkulu.

II.                IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Berbagai bencana yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini perlu dicermati oleh semua pihak. Salah satu sebab timbulnya bencana di tanah air adalah dikarenakan adanya kerusakan ekosistem/lingkungan yang mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem, termasuk salah satu komponen tersebut adalah terumbu karang. Untuk mengurangi  bencana  atau mengurangi kerugian akibat bencana tidak ada jalan lain selain memperbaiki lingkungan yang telah rusak.
Kerusakan daerah pesisir secara alami dapat terjadi akibat perubahan musim yang mempengaruhi pergerakan arus dan gelombang. Energi ini kemudian akan menyebabkan perpindahan material dari satu tempat ke tempat yang lain. Kekuatan gelombang dan arus sangat menentukan kecepatan dan tingkat kerusakan yang ditimbukannya (WALHI,  2007). Perubahan bentang alam pesisir yang diakibatkan aktivitas manusia, seperti penambangan pasir, penebangan hutan pantai hingga konversi hutan pantai menjadi perumahan penduduk dan hotel. Di kawasan pantai Kota Bengkulu, kerusakan didominasi akibat aktivitas manusia. Penambangan pasir di Teluk Sepang, pembuangan limbah pengerukan Pelabuhan Pulau Baai, Penebangan hutan pantai dan mangrove untuk pembuatan jalan dari Pulau Baai, Pantai Panjang hingga Tapak Padri hingga pengambilan pasir pantai di sekitar sungai hitam.
Secara ekologi, kerusakan kawasan pantai menimbulkan dampak: hilangnya media pengembangbiakan biota laut, seperti padang lamun dan terumbu karang. Perubahan iklim mikro di sekitar pantai akibat hilangnya vegetasi pantai. Terputusnya mata rantai ekosistem hutan pantai akibat eksploitasi. Matinya beberapa jenis vegetasi yang tidak mampu hidup akibat intrusi air laut, serta semakin besarnya tingkat kerawanan bencana akibat kerusakan lingkungan.
            Kekayaan yang dimiliki lautan meliputi terumbu karang, ikan hias, rumput laut serta perikanan. Luas terumbu karang adalah 8.076 ha di Propinsi Bengkulu pada tahun 2004. Terumbu karang di Bengkulu ditemukan di Pulau Tikus, Pulau Enggano, Pantai Bintuhan. Luas habitat terumbu karang masih belum diketahui secara pasti. Di pulau Enggano memiliki terumbu karang mencapai 5.097 ha. Selain itu, di pulau ini terdapat padang lamun yang cukup luas dengan jenis lamun Cymodocca rotunda, Cymdoccaserrulata, dan Halophila decipiens.  Hasil observasi (SLHD Bengkulu, 2005) menunjukkan bahwa pada kedalaman air 3 meter di pantai Bintuhan terdapat penutupan sebesar 25%. Kondisi ini berarti terumbu karang sudah rusak. Sementara di Pulau Tikus didapatkan terumbu karang pada kedalaman air 3 meter penutupannya sebesar 78,67%. Kondisi ini berarti terumbu karang masih baik. Di Pulau Dua didapatkan penutupan terumbu karang pada kedalaman air 3 meter sebesar 10% (kondisi rusak) dan pada kedalaman air 10 meter didapatkan penutupan terumbu karang sebesar 52,73% (kondisi masih baik).
            Kerusakan terumbu karang di Propinsi Bengkulu antara lain penggunaan terumbu karang sebagai bahan bangunan, penutupan permukaan karang akibat alat tangkap jaring lobster, sebagai hiasan, penggunaan alat tangkap illegal, rendahnya pemahaman masyarakat pesisir tentang fungsi terumbu karang, seperti penambangan, penggunaan bahan peledak, penggunaan sianida untuk menangkap ikan, sedimentasi dan pencemaran. Pemanfatan potensi terumbu karang tidak jarang hanya berpegang pada salah satu fungsi laut sebagai penyokong perekonomian tanpa memparhatikan fungsi lain.
            Menurut UNEP (1990) dalam Dahuri R., et al (2001) sebagian besar (80 %) bahan pencemar yang ditemukan dilaut berasal dari kegiatan manusia didaratan (land basic activities). Sebagai contoh pengolahan pertanian dan kehutanan (up land) yang buruk tidak saja merusak ekosistem sungai melalui banjir atau erosi tetapi juga menimbulkan dampak negatif pada perairan pesisir dan lautan. Melalui penggunaan pupuk anorganik dan pestisida dari tahun ke tahun akan mengalami peningkatan telah menimbulkan masalah besar bagi wilayah pesisir dan laut.
            Berbagai akibat kerusakan terumbu karang mengakibatkan berbagai macam dampak kerugian, diantaranya menurunya produksi sumberdaya perikanan, mempercepat abrasi pantai dan menurunya jumlah wisatawan karena menurunya nilai estetika dan keindahan terumbu karang.


III.             SOLUSI PERMASALAHAN


 Tingginya produktivitas primer diperairan terumbu karang memungkinkan perairan ini sering merupakan tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground) dan mencari makan (feeding ground) dari kebanyakan ikan. Oleh karena itu secara otomatis produksi ikan di daerah terumbu karang sangat tinggi. Menurut Salm (1984) dalam Supriharyono (2001), 16 % dari total hasil ekspor ikan dari indonesia berasal dari daerah karang, termasuk daerah Bengkulu dengan pulau terluarnya (Pulau Enggano).
Kerusakan terumbu karang yang diakibatkan oleh aktivitas manusia harus sedapat mungkin dicegah, karena akan sangat berdampak pada terganggunya ekosistem lainnya dan menurunya produksi ikan yang merupakan sumber protein hewani bagi keselamatan manusia. Untuk maksud tersebut masyarakat Bengkulu maupun stakeholdersnya perlu menyatukan visi dan misi sehingga wilayah pesisir dan lautan dapat dikelola secara terpadu dan berkelanjutan.  
Dalam upaya mewujudkan visi tersebut untuk kemaslahatan ekosistem terumbu karang maka perlu adanya pelaksaan dan tujuan bersama, yaitu (1) tujuan sosial, yakni meningkatkan kesadaran masyarakat dan stekeholder mengenai penting pengeloaan terumbu karang secara terpadu (2) tujuan konservasi ekologi yakni melindung dan memeliara ekosistem terumbu karang untuk menjamin pemanfaatan secara optimal (3) tujuan ekonomi untuk meningkatkan pemanfaatan ekosistem terumbu karang secara efisien dan berkelanjutan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan stekeholder serta pembangunan ekonomi (4) tejuan kelembagaan yakni menciptakan sistem dan mekanisme kelembagaan yang profesional, efektif dan efisien dalam merencanakan dan mengelola terumbu karang secara terpadu dan optimal.
Sebenarnya akar permaslahan kerusakan terumbu karang meliputi emapat hal yaitu (1) kemiskinan masyarakat dan ketidakadaan mata pencarian alternatif (2) ketidak tahuan dan ketidaksadaran masyakat dan penguna (3) lemahnya penegakan hukum (law enforcement) dan (4) kebijakan pemerintah yang belum menunjukan perhatian yang optimala dalam mengelola sistem alami dan kualitas lingkungan kawasan pesisir dan laut khususnya terumbu karang.

Salah satu bentuk program yang mengelola terumbu karang yaitu Program COREMAP (Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang). Tujuan program ini untuk memperbaiki pengeloaan terumbu karang, merehabilitasi terumbu karang yang telah dan mulai rusak, dan memanfaatkan terumbu karang untuk keberlanjutan. Dalam melaksanakan program dunia ini, Provinsi Bengkulu tetap menjalankan lima langkah penting  yaitu :
·        Menyadarkan masyarakat memehami arti penting terumbu karang dan melibatkan masyarakat untuk berperan aktif dalam pengelolaan dan pemanfaatan secara lestari.
·        Meningkatkan kemampuan kelembagaan dan memperkuat koordinasi antara instansi dalam perencanaan dan implementasi kebijaksanaan yang mempengaruhi pengeloaan terumbu karang.
·        Mengembangkan pengeloaan berbasis masyarakat dan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pengguna terumbu karang
·        Membentuk sistem jaringan pemantauan dan informasi terumbu karang untuk menyebarkan informasi dari hasil monitoring, meneliti dan mengevaluasi status dari terumbu karang
·        Penegakan hukum
Solusi permasalahan yang diterapkan akibat aktivitas masyarakat Bengkulu, dalam jangka waktu yang singkat memang masih sangat sulit direalisasikan tetapi secara perlahan-lahan  mengalami perubahan yang seknifikan terhadap perkembangan hasil laut yang dirasakan nelayan penangkap ikan. Banyaknya pembuatan karang buatan membantu mempermudah masyarakat nelayan dalam menangkap ikan, serta menciptakan mata pencarian alternatif dengan cara membudidayakan hasil laut, bukan hanya mengeskloitasi saja hasil laut.
Monitoring dan penetapan wilayah konservasi menyebabkan daerah dapat terjaga dari masalah kerusakan lingkungan  terutama wilayah terumbu karang tempat ikan berscholling (Bergerombol).


IV.              KESIMPULAN

  
Ekosistem Terumbu Karang adalah salah satu ekosistem subur yang terdapat di Bengkulu. Ekosistem ini dibentuk oleh komunitas karang dan berbagai biota laut yang berasosiasi dengan karang. Dalam hal evaluasi terhadap kondisi ekosistem terumbu karang, criteria yang dikembangkan berupa tutupan karang, berdasar persen tutupan karang di Bengkulu terutama pulau terluar Bengkulu kondisinya sedang hal ini diakibatkan adanya aktivitas manusia antara lain penggunaan bahan peledak, pengguanakan sianida untuk penangkapan ikan, aktivitas penambangan, pembuangan limbah pertanian, limbah domestik, dan aktivitas pariwisata.
Karena kondisi karang yang hampir rusak maka pemerintah menjalankan program COREMAP dikawasan yang terdapat terumbu karang. Aktivitas program ini antara lain melakukan pengelolaan terumbu karang yang berkelanjutan dan terpadu, monitoring terhadap kawasan terumbu karang, menerapkan kawasan konservasi yang melarang melakukan aktivitas penangkapan ikan, menciptakan mata pencarian alternatif yang dapat membantu sektor ekonomi masyarakat, yang melibatkan gender, serta yang sangat terpenting adalah mengubah paradigma berpikir masyarakat tentang pentingnya terumbu karang untuk keberlanjutan kehidupan. Perubahan aktivitas dapat dirasakan langsung oleh masyarakat pesisir Bengkulu, seperti pendapat nelayan mulai stabil karena wilayah penangkapan ikan cukup di sekitar terumbu karang.

V.                 DAFTAR PUSTAKA


Bengkulu Investmen info@ yahoo.com. Profil Provinsi Bengkulu. Bengkulu

Dahuri R., Rais Y., Putra S., G., Sitepu, M.J., Supriharyono., 2001. Pengelolaan sumberdaya Wilayah Pesisir dan lautan secara terpadu. PT Pradnya Paramita, Jakarta

Konsorsium CBM COREMAP 2002. Laporan akhir perpanjangan II pengeloaan berbasis Masyarakat Program COREMAP

uwityangyoyo@yahoo.com. 2009., Profil lingkungan Provinsi Bengkulu.                              

santosoburgo@yahoo.com. 2009., Masalah lingkungan dan solusi di Provinsi Bengkulu.

SLHD Bengkulu, 2005. Hasil Observasi Pantai Bintuhan Provinsi Bengkulu

Walhi., 2007. Kerusakan daerah pesisir secara alami. Bengkulu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar